Posted in tugas kuliah

WESolution

Sebuah biro yang bergerak dibidang industri dan organisasi yang menawarkan jasa konsultasi serta menyediakan solusi jitu bagi perusahaan-perusahaan yang akan menjadi mitra kami.
 
Untuk informasi lebih lanjut, silahkan buka website resmi  di WESolution .
Posted in tugas kuliah

TERAPI PERILAKU & KASUS

Defenisi terapi perilaku

Terapi perilaku menurut Masters (dalam gunarsa, 2007) sebagai teknik yang mempergunakan dasar psikologi (khususnya proses belajar) untuk mengubah perilaku seseorang secara kuantitatif. Perlunya sesuatu perilaku diubah, karena ada malasuai (maladaptive) yang menyebabkan terganggunya kestabilan pribadinya atau yang menggangu pertumbuhan dan perkembangannya.

Terapi perilaku secara formal didefinisikan sebagai penggunaan prinsip dan paradigma belajar yang ditetapkan secara eksperimental untuk mengatasi perilaku tidak adaptif (Wolpe, 1982). Dalam prakteknya, apa yang lazim untuk semua terapi perilaklu adalah penekanan pada analisis perilaku untuk menguji secara sistematik hipotesis atas mana terapi didasarkan.

Terapi Perilaku adalah suatu cabang psikoterapi yang secara sempit digambarkan sebagai penerapan pengkondisian klasik dan operant untuk mengatasi berbagai masalah klinis, namun secara lebih luas digambarkan sebagai psikologi eksperimental terapan dalam konteks klinis (Davidson, Neale & Kring, 2006).

Terapi perilaku secara formal didefinisikan sebagai penggunaan prinsip dan paradigma belajar yang ditetapkan secara eksperimental untuk mengatasi perilaku tidak adaptif (Wolpe, 1982). Dalam prakteknya, apa yang lazim untuk semua terapi perilaku adalah penekanan pada analisis perilaku untuk menguji secara sistematik hipotesis atas mana terapi didasarkan.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa terapi perilaku adalah suatu cara untuk mengubah atau mengatasi perilaku yang tidak adaptif. Biasanya dilakukan dengan cara operant conditioning, classical conditioning dan modelling.

Karakteristik terapi perilaku

Menurut Corey (dalam gunarsa, 2007) karakteristik pendekatan behavior antara lain:

  • Terapi perilaku didasarkan pada hasil eksperimen yang diperoleh dari pengalaman sistematik dasar-dasar teori belajar untuk membantu seseorang mengubah perilaku maladaptive.
  • Terapi ini memusatkan terhadap masalah yang dirasakabn pasien sekarang ini dan terhadap faktor yang mempengaruhi, sebagai sesuatu yang berlawanan, dimana ada hal-hal yang menentukan dalam sejarah perkembangan seseorang.
  • Terapi ini menitikberatkan perubahan perilaku sebagai kriteria utama, sehingga memungkinkan melakukan penilaian terhadap terapi meskipun proses kognitifnya tidak bisa diabaikan.
  • Terapi perilaku merumuskan tujuan terapi dalam terminologi kongkret dan objektif, agar memungkinkan dilakukan intervensi untuk mengulang apa yang dilakukan.
  • Terapi perilaku pada umumnya bersifat pendidikan.

Tujuan terapi perilaku

Tujuan umum terapi tingkah laku adalah menciptakan kondisi-kondisi baru bagi proses belajar. Dasar alasannya ialah bahwa segenap tingkah laku adalah dipelajari (learned), termasuk tingkah laku yang maladaptif. Jika tingkah laku neurotik learned, maka ia bisa unlearned (dihapus dari ingatan), dan tingkah laku yang lebih efektif bisa diperoleh.

Sedangkan tujuan terapi perilaku dengan orientasi ke arah kegiatan konseling, menurut George & Cristiani (dalam Gunarsa, 2007) adalah :

  • Mengubah perilaku malasuai (maladaptif) pada klien.
  • Membantu klien belajar dalam proses pengambilan keputusan secara lebih efesien.
  • Mencegah munculnya masalah dikemudian hari.
  • Memecahkan masalah perilaku khusus yang diminta oleh klien.
  • Mencapai perubahan perilaku yang dapat dipakai dalam kegiatan kehidupannya.

Fungsi dan peran terapis

Terapis tingkah laku harus memainkan peran aktif dan direktif dalam pemberian treatment, yakni terapis menerapkan pengetahuan ilmiah pada pencarian pemecahan masalah-masalah manusia, para kliennya. Terapi tingkah laku secara khas berfungsi sebagai guru, pengarah, dan ahli dalam mendiagnosis tingkah laku yang maladaptif dan dalam menentukan prosedur-prosedur penyembuhan yang diharapkan, mengarah pada tingkahlaku yang baru dan adjustive.

Teknik terapi perilaku

  • Desensitisasi sistematik dipandang sebagai proses deconditioning atau counterconditioning. Prosedurnya adalah memasukkan suatu respons yang bertentangan dengan kecemasan, seperti relaksasi. Individu belajar untuk relaks dalam situasi yang sebelumnya menimbulkan kecemasan.
  • Flooding adalah prosedur terapi perilaku di mana orang yang ketakutan memaparkan dirinya sendiri dengan apa yang membuatnya takut, secara nyata atau khayal, untuk periode waktu yang cukup panjang tanpa kesempatan meloloskan diri.
  • Penguatan sistematis (systematic reinforcement) didasarkan atas prinsip operan, yang disertai pemadaman respons yang tidak diharapkan. Pengkondisian operan disertai pemberian hadiah untuk respons yang diharapkan dan tidak memberikan hadiah untuk respons yang tidak diharapkan.
  • Pemodelan (modeling) yaitu mencontohkan dengan menggunakan belajar observasionnal. Cara ini sangat efektif untuk mengatasi ketakutan dan kecemasan, karena memberikan kesempatan kepada klien untuk mengamati orang lain mengalami situasi penimbul kecemasan tanpa menjadi terluka. Pemodelan lazimnya disertai dengan pengulangan perilaku dengan permainan simulasi (role-playing).
  • Regulasi diri melibatkan pemantauan dan pengamatan perilaku diri sendiri, pengendalian atas kondisi stimulus, dan mengembangkan respons bertentangan untuk mengubah perilaku maladaptif.

Kasus Terapi Perilaku

Seorang mahasiswa berinisial F, sangat takut sekali dengan ondel-ondel. Setiap melihat sosok ondel-ondel, F selalu ketakutan dan jika bertemu di tengah jalan, dia pasti langsung berlari. Suatu saat F bertemu ondel-ondel di tengah jalan ketika dia sedang mengemudikan kendaraan roda empatnya, F kemudian mengencangkan volume musik di mobilnya karna takut mendengar musik pengiring ondel-ondel tersebut, F juga sesekali berteriak ketakutan jika semakin dekat dengan kelompok ondel-ondel dan semakin kencang pula suara F ketika menjerit. F ingin putar balik menghindari kelompok ondel-ondel tersebut namun keadaan saat itu kendaraan F sedang berada di jalan yang sempit dan ramai. Akhirnya F terpaksa melewati kelompok ondel-ondel tersebut dengan mengendarai mobil dengan kencang.

Dari kasus yang kelompok kami ambil diatas, kasus tersebut dapat ditangani dengan menggunakan terapi perilaku. Di dalam terapi perilaku memiliki beberapa teknik yang bertujuan masing-masing sesuai dengan gangguan yang klien derita. Berdasarkan kasus diatas dalam terapi perilaku dapat digunakan dengan teknik desentisasi sistematis. Desentisasi sistematis adalah jenis terpai perilaku yang digunakan dalam bidang psikologis untuk membantu secara efektif mengatasi fobia dan gangguan kecemasan lainnya. Tujuan dari proses ini adalah bahwa seorang individu akan belajar untuk menghadapi dan mengatasi fobianya yang kemudian mampu mengatasi rasa takut dalam fobianya.

Pertama yang akan dilakukan oleh terapis adalah terapis menganalisis perilaku klien mengenai ketakutannya pada ondel-ondel. Kemudian terapis menyusun hierarkhi atau jenjang-jenjang situasi yang menimbulkan ketakutan klien pada ondel-ondel. Dimana disusun dimulai dari yang kurang hingga yang paling mencemaskan klien. Lalu, terapis memberi latihan-latihan relaksasi otot-otot yang dimulai dari lengan hingga otot kaki. Kaki klien diletakkan di atas bantal atau kain wool. Secara terinci relaksasi otot dimulai dari lengan, kepala, kemudian leher dan bahu, bagian belakang, perut dan dada, dan kemudian anggota bagian bawah. Setelah itu, klien diminta membayangkan situasi yang menyenangkannya seperti di pantai, di tengah taman yang hijau dan lain-lain. Lalu klien disuruh memejamkan mata, kemudian disuruh membayangkan situasi yang kurang mencemaskan seperti bila klien sanggup tanpa cemas atau gelisah, berarti situasi tersebut dapat diatasi klien. Demikian seterusnya hingga ke situasi yang paling mencemaskan. Bila pada suatu situasi klien merasa cemas/gelisah, terapis meminta klien agar membayangkan situasi yang menyenangkan tadi untuk menghilangkan rasa kecemasan/ketakutan yang baru saja terjadi dan terapis menyusun hierarki atau jenjang kecemasan harus bersama klien, dan konselor menuliskannya pada selembar kertas.

Daftar pustaka:

Davidson, G.C., Neale, J.M., kring A.M. 2006. Psikologi Abnormal. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada

Gerald Corey. 2009. Konseling dan Psikoterapi,  Refika Aditama, Bandung

Gunarsa, Singgih D. 2007. Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: Gunung Mulia.

Howland, Rebecca. 1997. Psikiatri. Alih Bahasa: R.F Maulany. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Michel Hersen, Encyclopedia of Psychotherapy, Pacific University, Forest Grove, Oregon. AP.

Windy Dryden, Developments  in  Psychotherapy, SAGE Publications Ltd, 2006, London.

http://animenekoi.blogspot.com/2012/03/teknik-desensitisasi-relaksasi.html

Posted in tugas kuliah

Psikoterapi

A. PENGERTIAN PSIKOTERAPI

         Menurut  Kamus Dewan (2002), psikoterapi adalah rawatan sakit jiwa atau gangguan mental dengan menggunakan kaedah psikologi. Sedangkan, menurut Hamdani (2001) psikoterapi itu berasal dari kata psyche dan therapy. Yang dimaksutkan adalah jiwa dan hati, akal dan diri atau bahagian dari diri manusia dari aspek yang lebih bersifat rohaniah.

         Psikoterapi adalah proses membantu individu bermasalah yang lebih serius. Biasanya ia mengambil masa yang lebih lama dan melibatkan peranan pskiatris yang berkemahiran dalam psikologi dan perobatan (Maznah dan Zaenal, 2003).

          Menurut Marks (2004) psikoterapi berfokus kepada rawatan konflik interpersonal yang memberi kesakitan atau keselesaian kepada pesakit. Berbeda dengan penyataan Latner (1973), yang menyatakan psikoterapi ialah satu teknik yang tidak dapat ditakrif, yang digunakan untuk masalah yang tidak khusus dan hasilnya tidak dapat diduga.

          Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat saya simpulkan bahwa psikoterapi adalah suatu prosedur perawatan psikologis yang membantu individu yang mempunyai masalah berat atau khusus, dimana biasanya ada perananan psikatri dengan menggunakan metode atau teknis khusus.

B. TUJUAN PSIKOTERAPI

          Menurut Huffman (dalam Semiun, 2 ) ada 5 tujuan dari psikoterapi, seperti :

1. Pikiran-pikiran kalut

individu-individu yang mengalami kesulitan secara khas menderita konfusi, pola-pola pikiran yang destruktif, atau tidak ,memahami masalah-masalah mereka sendiri. Para terapis berusaha mengubah pikiran-pikiran ini memberikian ide atau informasi baru, dan membimbing individu-individu tersebut untuk menemukan pemecahan pemecahan terhadap masalah-masalah mereka sendiri.

2. Emosi-emosi yang kalut

Orang-orang yang mencari terapi pada umumnya mengalami emnosi yang sangat tidak menyenangkan. Dengan mendorong pasien untuk mengungkapkan secara bebas perasaan-perasaan dan memberikan suatu lingkungan yang menunjang, para terapis membantu mereka menggantikan perasaan-perasaan tersebut, seperti perasaan putus asa dan perasaan tidak mampu dengan perasaan yang mengandung harapan dan percaya akan diri sendiri.

3. Tingkah laku-tingkah laku yang kalut

Individu-individu yang mengalami kesulitan biasanya memperlihatkan tingkah laku-tingkah laku yang mengandung masalah. Para terapis membantu pasien-pasien mereka menghilangkan tingkah laku yang menggangu itu dan membimbing mereka kepada hidupan yang lebih efektif.

4. Kesulitan-kesulitan antarpribadi dan situasi kehidupan

Para terapis membantu pasien-pasien memperbaiki hubungan mereka dengan keluarga, teman-teman, dan kolega-kolega seprofesi. Mereka juga membantu para psien itu menghindari atau mengurangi sumber-sumber stress dalam kehidupan mereka seperti tuntutan-tuntutan pekerjaan atau konflik-konflik keluarga.

5. Gangguan-gangguan biomedis

Individu-individu yang mengalami kesulitan kadang-kadang menderita gangguan-gangguan biomedis yang langsung menyebabkan atau menambah kesulitan-kesulitan psikologis.

Ada beberapa pula penjelasan tujuan psikoterapi menurut beberapa tokoh, seperti :

  1. menurut Ivey (dalam Gunarsa, 2007) melalui pendekatan psikodinamik adalah membuat sesuatu yang tidak sadar menjadi sesuatu yang disadari.
  2. Menurut Corey (dalam Gunarsa, 2007) melalui pendekatan psikoanalisis, merumuskan bahwa tujuan psikoterapi adalah membuat sesuatu yang tidak sadar menjadi sesuatu yang disadari. Membantu klien dalam menghidupkan kembali pengalaman-pengalaman yang sudah lewat dan bekerja melalui konflik-konflik yang ditekan melalui pemahaman intelektual.

C. UNSUR PSIKOTERAPI

Masserman (1984) melaporkan delapan ‘parameter pengaruh’ dasar yang mencakup unsur-unsur lazim pada semua jenis psikoterapi, yaitu :
1. Peran sosial (martabat)
2. Hubungan (persekutuan tarapeutik)
3. Hak
4. Retrospeksi
5. Reduksi
6. Rehabilitasi, memperbaiki gangguan perilaku berat
7. Resosialisasi,
8. Rekapitulasi

D. PERBEDAAN PSIKOTERAPI DENGAN KONSELINGperbedaan psikoterapi dengankonseling

E. BAGAIMANA PSIKOTERAPI MELAKUKAN BERBAGAI PENDEKATAN TERHADAP MENTAL ILLNES

Dari sekian banyak pendekatan yang ada, semua dapat digabungkan menjadi 5 pendekatan, seperti :

  1. Psychoanalysis : pendekatan ini berfokus pada merubah masalah perilaku, perasaan dan pikiran dengan cara memahami akar masalah yang biasanya tersembunyi dipikiran bawah sadar. Tujuan dari psikoanalisis dan psikodinamik adalah agar klien bisa menyadari apa yang sebelumnya tidak disadari. Macam-macam metode psikoterapi yang termasuk dalam pendekatan psikodinamik adalah: Ego State Therapy, Part Therapy, Trance Psychotherapy, Free Association, Dream Analysis, Automatic Writing, Ventilation, Catharsis dan lain sebagainya.
  2. Behavior Therapy : berfokus pada hukum pembelajaran. Dimana, perilaku seseorang itu dipengaruhi oleh proses belajar sepanjang hidup. Tokoh yang mencetus terapi ini adalah Ivan Pavlov. Inti dari terapi ini adalah manusia bertindak secara otomatis karena membentuk asosiasi (hubungan sebab-akibat atau aksi-reaksi). Berbagai metode psikoterapi yang termasuk dalam pendekatan behavior therapy adalah Exposure and Respon Prevention (ERP), Systematic Desensitization, Behavior Modification, Flooding, Operant Conditioning, Observational Learning, Contingency Management, Matching Law, Habit Reversal Training (HRT) dan lain sebagainya
  3. CognitiveTherapy : Terapi Kognitif (Cognitive Therapy) punya konsep bahwa perilaku manusia itu dipengaruhi oleh pikirannya. Oleh karena itu, pendekatan Cognitive Therapy lebih fokus pada memodifikasi pola pikiran untuk bisa mengubah perilaku. Pandangan Cognitive Therapy adalah bahwa disfungsi pikiran menyebabkan disfungsi perasaan dan disfungsi perilaku.

 F. BENTUK-BENTUK UTAMA PSIKOTERAPI

Berdasarkan tujuan dan pendekatan metodis, Wolberg membagi perawatan psikoterapi menjadi tiga (3) tipe, yaitu :

1.Gestalt Therapy
Nama yang paling kuat terkait dengan terapi Gestalt adalah Frederick Perls (1893-1970). Perls adalah seorang dokter Jerman yang awalnya dilatih dalam psikoanalisis, tetapi ia menjadi semakin tertarik pada ide-ide fenomenologis dan eksistensial dan akhirnya mengembangkan terapi Gestalt sebagai campuran psikoanalisis, eksistensial, dan pengaruh lainnya. Psikolog Gestalt keberatan untuk mempelajari unsur-unsur tertentu dalam persepsi dan pembelajaran, dengan alasan bahwa kita tidak mengalami dunia dalam fragmen yang terisolasi tetapi dalam konfigurasi bermakna

2. Psikoterapi Humanistik

Model humanistik kepribadian, psikopatologi, dan psikoterapi awalnya menarik sebagian besar konsep-konsep dari filsafat eksistensial, menekankan kebebasan bawaan manusia untuk memilih, bertanggung jawab atas pilihan mereka, dan hidup sangat banyak pada saat ini. Hidup sehat di sini dan sekarang menghadapkan kita dengan realitas eksistensial menjadi, kebebasan, tanggung jawab, dan pilihan, serta merenungkan eksistensi yang pada gilirannya memaksa kita untuk menghadapi kemungkinan pernah hadir ketiadaan.

3. Eksistensialis Psychoterapist

Mencari makna eksistensi manusia, dan menekankan pilihan dan individualitas (sebagai lawan dari gagasan bahwa perilaku kita ditentukan dalam beberapa cara mekanistik). Psikoterapis eksistensial fokus pada tema penting dari kehidupan dan masalah klien, tetapi penekanannya adalah pada kualitas hubungan terapeutik itu sendiri sebagai agen penting dari perubahan. Tugas psikoterapi eksistensial adalah menantang klien untuk memeriksa kehidupan mereka dan mempertimbangkan bagaimana kebebasan mereka terganggu. Yang membantu mereka untuk menghilangkan hambatan, meningkatkan rasa pilihan mereka, dan mengerahkan keinginan mereka.

DAFTAR PUSTAKA

Arip, M.A.S.M. (2009). Kemahiran Bimbingan dan Konseling. Kuala Lumpur : PTS professional Publishing Sdn, Bhd.

Gunarsa, S.D. (2007). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: Gunung Mulia.

Semiun, Y. (2006). Kesehatan Mental 3. Yogyakarta : Kanisius.

Supratiknya, A. (2000). Mengenal Perilaku Abnormal. Yogyakarta : Kanisius.

Surya, M.H. (2003). Psikologi Konseling. Bandung : Pustaka Bani Quraisy.

Maulany, R.F. (1997).  Buku Saku Psikiatri: Residen Bagian Psikiatri UCLA. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Posted in tugas kuliah

Pelatihan dan Pengembangan

A. Definisi Pelatihan
Menurut Gomes (2003), pelatihan adalah setiap usaha untuk memperbaiki performansi pekerja pada suatu pekerjaan tertentu yang sedang menjadi tanggung jawabnya, atau satu pekerjaan yang ada kaitannya dengan pekerjaannya.
Menurut Carrell dan Kuzmits (1982) mendefinisikan pelatihan sebagai proses sistematis dimana karyawan mempelari pengetahuan (knowledge), ketrampilan (skill), kemampuan (ability) atau perilaku terhadap tujuan pribadi dan organisasi.
Menurut Simamora (1999), pelatihan adalah serangkaian aktifitas yang dirancang untuk meningkatkan keahlian-keahlian, pengetahuan pengalaman atau perubahan sikap seseorang.
Dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pelatihan adalah suatu usaha atau aktivitas yang dilakukan untuk membina karyawan agar lebih mempunyai performa menjadi maksimal dan menambah wawasan mengenai suatu pekerjaan.

B. Tujuan dan sasaran pelatihan & pengembangan

1. Tujuan Pelatihan :
– Untuk meningkatkan kuantitas output
– Untuk meningkatkan kualitas output
– Untuk menurunkan biaya dan perawatan
– Untuk menurunkan jumlah dan biaya terjadinya kecelakaan
– Untuk menurunkan turnover, ketidakhadiran kerja serta meningkatkan kepuasan kerja
– Untuk mencegah timbulnya antipati karyawan

2. Tujuan Pengembangan :
– Meningkatkan produktivitas kerja
– Meningkatkan efisiensi
– Mengurangi terjadinya berbagai kerusakan
– Mengurangi tingkat kecelakaan dalam bekerja
– Meningkatkan pelayanan yang lebih baik
– Meningkatkan moral karyawan
– Memberikan kesempatan bagi peningkatan karir
– Meningkatkan kemampuan manajer mengambil keputusan
– Meningkatkan kepemimpinan seseorang lebih baik
– Meningkatkan balas jasa

C. Faktor Psikologi dalam pelatihan dan pengembangan

Secara umum berbagai teori, metode dan pendekatan Psikologi dapat dimanfaatkan di berbagai bidang dalam perusahaan.Salah satu hasil riset yang dilakukan terhadap para manager HRD menunjukkan bahwa lebih dari 50% responden menyebutkan Psikologi Industri dan Organisasi memberikan peran penting pada area-area seperti pengembangan manajemen SDM (rekrutmen, seleksi dan penempatan, pelatihan dan pengembangan), motivasi kerja, moral dan kepuasan kerja. 30% lagi memandang hubungan industrial sebagai area kontribusi dan yang lainnya menyebutkan peran penting PIO pada disain struktur organisasi dan desain pekerjaan.
Dalam kenyataan sehari-hari banyak faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi seseorang dalam bekerja. Faktor-faktor tersebut seringkali tidak dapat diselesaikan dengan pendekatan-pendekatan lain di luar psikologi. Contoh: dalam suatu team yang terdiri dari para pakar yang sangat genius seringkali justru tidak menghasilkan performance yang baik dibandingkan dengan sebuah team yang terdiri dari orang-orang yang berkategori biasa-biasa saja.

D. Teknik dan metode penelitian & pengembangan
Teknik-teknik on the job merupakan metode latihan yang paling banyak digunakan. Karyawan dilatih tentang pekerjaan baru dengan sepervise langsung seorang pelatih yang berpengalaman (biasanya karyawan lain). Berbagai macam teknik ini yang bisa digunakan dalam praktek adalah sebagai berikut:
1. Rotasi jabatan
2. Latihan instruksi pekerjaan
3. Magang (apprenticeships)
4. Coaching
5. Penugasan sementara

Teknik-teknik off the job, dengan pendekatan ini karyawan peserta latihan menerima representasi tiruan (articial) suatu aspek organisasi dan diminta untuk menanggapinya seperti dalam keadaan sebenarnya. Dan tujuan utama teknik presentrasi (penyajian) informasi adalah untuk mengajarkan berbagai sikap, konsep atau keterampilan kepada para peserta. Metode yang bisa digunakan adalah:
1. Metode studi kasus
2. Kuliah
3. Studi sendiri
4. Program computer
5. Komperensi
6. Presentasi

SUMBER :

http://id.wikipedia.org/wiki/Pelatihan
http://nursecaremine.blogspot.com/2012/11/pelatihan-definisi-tujuan-manfaat-dan.html
http://nailasuhada-m.blogspot.com/2012/04/pelatihan-dan-pengembangan-sumberdaya.html

Posted in tugas kuliah

TUGAS pertemuan 2

1. PENGORGANISASIAN STRUKTUR MANAGEMEN

a. Definisi pengorganisasian
Organisasi adalah sekelompok orang (dua atau lebih) yang secara formal dipersatukan dalam suatu kerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan pengorganisasian adalah merupakan fungsi kedua dalam Manajemen dan pengorganisasian didefinisikan sebagai proses kegiatan penyusunan struktur organisasi sesuai dengan tujuan-tujuan, sumber-sumber, dan lingkungannya. Dengan demikian hasil pengorganisasian adalah struktur organisasi
b. Pengorganisasian sebagai fungsi managemen
Pengorganisasian sebagai fungsi dari manajemen, meliputi :
1. Organisasi Formal
Organisasi formal adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang mengikatkan diri dengan suatu tujuan bersama secara sadar serta dengan hubungan kerja yang rasional.
Contoh : Perseroan terbatas, Sekolah, Negara, dan lain sebagainya.
2. Organisasi Informal
Organisasi informal adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang telibat pada suatu aktifitas serta tujuan bersama yang tidak disadari.
Contoh : Arisan ibu-ibu sekampung, belajar bersama anak-anak sd, kemping ke gunung pangrango rame-rame dengan teman, dan lain-lain.
Salah satu bagian penting organisasi adalah pengelompokkan informal dan hubungan-hubungan pribadi yang dapat lebih berpengaruh dibanding dengan hubungan formal seperti yang ditunjukkan bagan organisasi.

2. ACTUATING DALAM MANAGEMEN

a. Definisi actuating
Actuating adalah Suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran yang sesuai dengan perencanaan manajerial dan usaha – usaha organisasi. Jadi Actuating artinya menggerakan orang – orang agar mau bekerja dengan sendirinya atau dengan kesadaran secara bersama – sama untuk mencapai tujuan dikehendaki secara efektif.
b. Pentingnya actuating
Penggerakan atau Actuating mempunyai arti dan perananan yang sangat penting. Sebab diantara fungsi manajemen lainnya, maka penggerakan merupakan fungsi secara langsung berhubungan dengan manusia (pelaksana). Dengan ini fungsi penggerakan inilah, maka ketiga fungsi manajemen yang lain baru efektif. Penggerakan adalah aktivitas pokok dalam manajemen yang mendorong dan menjuruskan semua bawahan agar berkeinginan, bertujuan bergerak untuk mencapai maksud-maksud yang telah ditentukan dan mereka berkepentingan serta bersatu padu dengan rencana usaha organisasi.
c. Prinsip actuating
Menurut Kurniawan (2009) prinsip-prinsip dalam penggerakan/actuating antara lain:
a. Memperlakukan pegawai dengan sebaik-baiknya
b. Mendorong pertumbuhan dan perkembangan manusia
c. Menanamkan pada manusia keinginan untuk melebihi
d. Menghargai hasil yang baik dan sempurna
e. Mengusahakan adanya keadilan tanpa pilih kasih
f. Memberikan kesempatan yang tepat dan bantuan yang cukup
g. Memberikan dorongan untuk mengembangkan potensi dirinya
h. mengolah input guna mencapai tujuan organisasi.

3. MENGENDALIKAN FUNGSI MANAGEMEN
a. Definisi controlling
Pengendalian adalah proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan pengambilan tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang diharapkan sesuai dengan kinerja yang telah ditetapkan tersebut.Controlling is the process of measuring performance and taking action to ensure desired results. (Schermerhorn,2002)
Pengendalian adalah proses untuk memastikan bahwa segala aktifitas yang terlaksana sesuai dengan apa yang telah direncanakan . the process of ensuring that actual activities conform the planned activities. (Stoner,Freeman,&Gilbert,1995).
Unsur Pengendalian:
• 1. Detektor atau sensor
• 2. Assesor atau penilai
• 3. Efektor atau pengubah
• 4. Jaringan Komunikasi

b. Tipe-tipe kontroling
Berdasarkan bagian yang akan diawasi pengawasan dibedakan atas :
1. Pengendalian karyawan (Personal control).
Pengendalian ini ditujukan kepada hal-hal yang ada hubungannya dengan kegiatan pegawai, apakah pegawai bekerja sesuai dengan perintah, rencana, tata kerja, absensi pegawai dan lain-lain.
2.pengendalian keuangan (financial control)
Pengendalian ini ditujukan untuk hal-hal yang menyangkut keuangan,tentang pemasukan dan pengeluaran,biaya-biaya perusahaaan termasuk pengendalian anggaranya.
3.pengendalian produksi (Production control).
Yaitu pengendalian yang difokuskan untuk mengetahui kualitas dan kuantitas produksi yang dihasilkan, apakah sesuai dengan standar atau rencananya.
4. Pengendalian waktu (Time control)
Pengendalian ini ditujukan kepada penggunaan waktu, artinya apakah waktu untuk mengerjakan suatu pekerjaan sesuai atau tidak dengan rencana.
5. pengendalian teknis (Technical control)
Pengendalian ini ditujukan kepada hal-hal yang bersifat fisik, yang berhubungan dengan tindakan dan teknis pelaksanaan.
6. Pengendalian kebijaksanaan (Policy control).
pengendalian ini ditujukan untuk mengetahui dan menilai apakah kebijaksanaan organisasi telah dilaksanakan sesuai dengan yang digariskan.
7. pengendalian penjualan (Sales control)
Pengendalian ini ditujukan untuk mengetahui apakah produksi yang dihasilkan terjual sesuai rencana yang ditentukan.
8.Pengendalian inventaris (inventory control)
Pengendalian ini ditujukan untuk mengetahui apakah inventaris perusahaan masih ada semuanya atau ada yang hilang.
9.Pengendalian pemeliharaan (maintenance control)
Pengendalian ini ditujukan untuk mengetahui apakah semua inventaris perusahaan dan kantor terprlihara atau tidak,dan mengetahui kerusakan.

4. MOTIVASI
a. Definisi motivasi
Menurut Winto (2013) motivasi merupakan suatu proses psikologis yang mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi dan keputusan yang terjadi pada diri seseorang.
Menurut Wexley & Yukl (dalam Winto, 2013) mengatakn motivasi adalah pemberian motif.
Jadi, motivasi adalah sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan kerja.

b. Teori-teori motivasi
Pada kali ini, saya akan membahas salah satu teori motivasi dari satu tokoh yaitu MCCelland, yang diketahui dengan teori motivasi berprestasi.
Teori ini lebih teptnya disebut dengan teori kebutuhan McCelland, karena ia tidak saja meneliti tentang kebutuhan untuk berprestasi (need for achivment), tetapi juga tentang kebutuhan untuk berkuasa (need for power), dan kebutuhan untuk berafiliasi (need for affiliation). Penelitian paling banyak dilakukan terhadap kebutuhan untuk berprestasi.
Kebutuhan untuk berprestasi (need for achievment), adanya dorongan atau gairah untuk melakukan sesuatu yang lebih baik dan lebih efisien dibandingkan dengan hasil sebelumnya.
Kebutuhan untuk berkuasa (need for power), adanya keinginan yang kuat untuk mengendalikan orang lain, untuk memengaruhi orang lain dan untuk memilki dampak terhadap orang lain.
Kebutuhan untuk berafiliasi (need for affiliation), kebutuan untuk berusaha mendapatkan persahabatan, mereka lebih inin disukai dan diterima orang lain, lebih menyukai situasi kooperatif dan berusaha menghindari konflik.

c. Definisi motivasi kerja
Menurut saya, motivasi kerja adalah suatu hal yang dapat menentukan tingkat tinggi atau rendahnya suatu kepuasan kerja.

5. KEPUASAN KERJA
a. Definisi kepuasan kerja
Menurut Tiffin dan McCormick (dalam Minto, 2013) , kepuasan kerja berhubungan dengan sikap dari karyawan terhadap pekerjaan itu sendiri, situasi kerja, kerja sama antar pemimpin dan sesama karyawan.
b. Aspek-aspek kepuasan kerja
1. Kerja yang secara mental menantang
Kebanyakan Karyawan menyukai pekerjaan-pekerjaan yang memberi mereka kesempatan untuk menggunakan keterampilan dan kemampuan mereka dan menawarkan tugas, kebebasan dan umpan balik mengenai betapa baik mereka mengerjakan. Karakteristik ini membuat kerja secara mental menantang. Pekerjaan yang terlalu kurang menantang menciptakan kebosanan, tetapi terlalu banyak menantang menciptakan frustasi dan perasaan gagal. Pada kondisi tantangan yang sedang, kebanyakan karyawan akan mengalamai kesenangan dan kepuasan.
2. Ganjaran yang pantas
Para karyawan menginginkan sistem upah dan kebijakan promosi yang mereka persepsikan sebagai adil,dan segaris dengan pengharapan mereka. Pemberian upah yang baik didasarkan pada tuntutan pekerjaan, tingkat keterampilan individu, dan standar pengupahankomunitas, kemungkinan besar akan dihasilkan kepuasan. tidak semua orang mengejar uang. Banyak orang bersedia menerima baik uang yang lebih kecil untuk bekerja dalam lokasi yang lebih diinginkan atau dalam pekerjaan yang kurang menuntut atau mempunyai keleluasaan yang lebih besar dalam kerja yang mereka lakukan dan jam-jam kerja. Tetapi kunci yang manakutkan upah dengan kepuasan bukanlah jumlah mutlak yang dibayarkan; yang lebih penting adalah persepsi keadilan. Serupa pula karyawan berusaha mendapatkan kebijakan dan praktik promosi yang lebih banyak, dan status sosial yang ditingkatkan. Oleh karena itu individu-individu yang mempersepsikan bahwa keputusan promosi dibuat dalam cara yang adil (fair and just) kemungkinan besar akan mengalami kepuasan dari pekerjaan mereka.
3. Kondisi kerja yang mendukung
Karyawan peduli akan lingkungan kerja baik untuk kenyamanan pribadi maupun untuk memudahkan mengerjakan tugas. Studi-studi memperagakan bahwa karyawan lebih menyukai keadaan sekitar fisik yang tidak berbahaya atau merepotkan. Temperatur (suhu), cahaya, kebisingan, dan faktor lingkungan lain seharusnya tidak esktrem (terlalu banyak atau sedikit).
4. Rekan kerja yang mendukung
Orang-orang mendapatkan lebih daripada sekedar uang atau prestasi yang berwujud dari dalam kerja. Bagi kebanyakan karyawan, kerja juga mengisi kebutuhan akan sosial. Oleh karena itu bila mempunyai rekan sekerja yang ramah dan menyenagkan dapat menciptakan kepuasan kerja yang meningkat. Tetapi Perilaku atasan juga merupakan determinan utama dari kepuasan.
5. Kesesuaian kepribadian dengan pekerjaan
Pada hakikatnya orang yang tipe kepribadiannya kongruen (sama dan sebangun) dengan pekerjaan yang mereka pilih seharusnya mendapatkan bahwa mereka mempunyai bakat dan kemampuan yang tepat untuk memenuhi tuntutan dari pekerjaan mereka. Dengan demikian akan lebih besar kemungkinan untuk berhasil pada pekerjaan tersebut, dan karena sukses ini, mempunyai kebolehjadian yang lebih besar untuk mencapai kepuasan yang tinggi dari dalam kerja mereka.
c. Faktor-faktor penetu kepuasan kerja
1. Ciri-ciri intrinsik
Menurut Locke (dalam Minto, 2013) ciri-ciri intrinsik dari pekerjaan yang menentukan kepuasan kerja bentuknya kergaman, kesulitan, jumlah pekerjaan, tanggung jawab, otonomi, keendali terhadap metode kerja, kemajemukan, dan kreativitas, disitu terdapat satu unsur tantangan mental yang merupakan ciri-ciri intrinsik. Ciri-ciri tersebut adalah :
• Keragaman
• Jati diri (task identity)
• Tugas yang penting (task significance)
• Otonomi
• Pemberian balikan pada pekerjaan, membantu meningkatkan tingkat kepuasan kerja
2. gaji penghasilan, imbalan yang dirasa adil
Uang memang mempunyai arti berbeda-beda bagi orang yang berbeda-beda. Dengan menggunakan teori keadilan dari Adams dilakukan berbagai penelitian dan salah satu hasilnya ialah bahwa orang yang menerima gaji yang terlalu kecil atau terlalu besar akan mengalami distress atau ketidakpuasan.
3. penyeliaan
Locke memberikan kerangka kerja teoritis untuk memahami kepuasan tenaga kerja dengan penyeliaan.
4. rekan-rekan sejawat yang menunjang
Hubungan yang ada antar pekerja adalah hubungan ketergantungan sepihak, yang bercorak fungional. Kepuasan kerja yang ada pada para pekerja timbul jika terjadi hbungan yang harmonis dengan tenaga kerja yang lain. 

Sumber :

Waluyo,Winto.2013. psikologi industri.Jakarta Barat : Akademia.
http://deariyanti.blogspot.com/2013/11/a-pengorganisasian-struktur-manajemen.html
http://mutiaranoviana.blogspot.com/2013/11/pengorganisasian-struktur-manajemen-dan.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen
http://aliciacitralyana.blogspot.com/2013/10/definisi-dan-tipe-tipe-controlling.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Kepuasan_Kerja

Posted in psychology, tugas kuliah

TUGAS PERTEMUAN 1

– Kategori tugas 1
Manajemen (management) adalah pencapaian tujuan – tujuan organisasi organisasional secara efektif dan efisien melalui perencanaan, pengelolaan, kepemimpinan, dan pengendalian sumber daya-sumber daya organisasional. Sedangkan Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan efesien.
Secara etimologis, psikologi dapat diartikan dengan ilmu yang mempelajari tentang jiwa. Psikologi tidak mempelajari jiwa atau mental secara langsung karena sifatnya yang abstrak, tetapi psikologi membatasi pada manifestasi dan ekspresi dari jiwa atau mental tersebut, yakni berupa tingkah laku dan proses atau kegiatannya. Sehingga Psikologi dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dan proses mental. Sedangkan managemen, kata manajemen berasal dari bahasa Perancis kuno ménagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan diterima secara universal. Jadi Psikologi manajemen adalah ilmu tentang bagaimana mengatur / me-manage sumber daya yang ada untuk memenuhi kebutuhan. Tujuannya adalah untuk mengintervensi berbagai faktor internal manusia seperti motivasi, sikap kerja, keterampilan, dsb dengan berbagai macam teknik dan metode, sehingga bisa dicapai kinerja SDM yang setinggi-tingginya untuk produktivitas perusahaan.

– Kategori tugas 2
Kepemimpinan itu adalah upaya untuk mempengaruhi seseorang atau kelompok untuk mencapai tujuan, baik tujuan tersebut telah ditetapkan atau tujuan lain yang lebih luas. Upaya tersebut lebih bersifat hubungan antar pribadi. Definisi kepemimpinan juga berkaitan dengan hierarki atau tingkatan yang ada di dalam masyarakat. Sang pemimpin dapat dipastikan adalah seseorang yang menduduki posisi teratas dalam sebuah masyarakat.
Macam macam Teori Kepemimpinan :
1. Teori Kepemimpinan Sifat ( Trait Theory )
Analisis ilmiah tentang kepemimpinan berangkat dari pemusatan perhatian pemimpin itu sendiri. Teori sifat berkembang pertama kali di Yunani Kuno dan Romawi yang beranggapan bahwa pemimpin itu dilahirkan , bukannya diciptakan yang kemudian teori ini dikenal dengan “the greatma theory”.
Dalam perkemabangannya, teori ini mendapat pengaruh dari aliran perilaku pemikir psikologi yang berpandangan bahwaa sifat – sifat kepemimpinan tidak seluruhnya dilahirkan, akan tetapi juga dapat dicapai melalui pendidikan dan pengalaman. Sifat – sifat itu antara lain : sifat fisik, mental dan kepribadian
2. Teori Kepemimpinan Perilaku dan Situasi
Berdasarkan penelitian, perilaku seorang pemimpin yang mendasarkan teori ini memiliki kecenderungan kearah dua hal :
Pertama yang disebut Konsiderasi yaitu kecenderungan pemimpin yang menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan. Contoh gejala yang ada dalam hal ini seperti: membela bawahan, memberi masukan kepada bawahan dan bersedia bekonsultasi dengan bawahan.
Kedua disebut struktur inisiasi yaitu kecenderungan seorang pemimpin yang memberikan batasan kepada bawahan. Contoh yang dapat dilihat, bawahan mendapat instruksi dalam pelaksanaan tugas, kapan, bagaimana pekerjaan dilakukan, dan hasil apa yang akan dicapai.
Jadi berdasarkan teori ini, seorang pemimpin yang baik adalah bagaimana seorang pemimpin yang memiliki perhatian yang tinggi kepada bawahan dan terhadap hasil yang tinggi juga.
Kemudian juga timbul teori kepemimpinan situasi dimana seorang pemimpin harus merupakan seorang pendiagnosa yang baik dan harus bersifat fleksibel, sesuai dengan perkembangan dan tingkat kedewasaan bawahan.
3. Teori kontingensi
Mulai berkembang th 1962, teori ini menyatakan bahwa tidak ada satu sistem manajemen yang optimum, sistem tergantung pada tingkat perubahan lingkungannya. Sistem ini disebut sistem organik (sebagai lawan sistem mekanistik), pada sistem ini mempunyai beberapa ciri:
¯ Substansinya adalah manusia bukan tugas.
¯ Kurang menekankan hirarki
¯ Struktur saling berhubungan, fleksibel, dalam bentuk kelompok
¯ Kebersamaan dalam nilai, kepercayaan dan norma
¯ Pengendalian diri sendiri, penyesuaian bersama
4. Teori Behavioristik
Behaviorisme merupakan salah aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Pendekatan ini menekankan bahwa manajemen yang efektif bila ada pemahaman tentang pekerja – lebih berorientasi pada manusia sebagai pelaku.
Beberapa tokohnya, antara lain:
a. Maslow
Individu mempunyai 5 kebutuhan dasar yaitu physical needs, security needs, social needs, esteem needs, self actualization needs. Kebutuhan tersebut akan menimbulkan suatu keinginan untuk memenuhinya. Organisasi perlu mengenali kebutuhan tersebut dan berusaha memenuhinya agar timbul kepuasan.
5. Teori Humanistik
Teori ini lebih menekankan pada prinsip kemanusiaan. Teori humanistic biasanya dicirikan dengan adanya suasana saling menghargai dan adanya kebebasan. Teori Humanistik dengan para pelopor Argryris, Blake dan Mouton, Rensis Likert, dan Douglas McGregor. Teori ini secara umum berpendapat, secara alamiah manusia merupakan “motivated organism”. Organisasi memiliki struktur dan sistem kontrol tertentu. Fungsi dari kepemimpinan adalah memodifikasi organisasi agar individu bebas untuk merealisasikan potensi motivasinya didalam memenuhi kebutuhannya dan pada waktu yang sama sejalan dengan arah tujuan kelompok.
Apabila dicermati, didalam Teori Humanistik, terdapat tiga variabel pokok, yaitu:
1. Kepemimpinan yang sesuai dan memperhatikan hati nurani anggota dengan segenap harapan, kebutuhan, dan kemampuan-nya
2. Organisasi yang disusun dengan baik agar tetap relevan dengan kepentingan anggota disamping kepentingan organisasi secara keseluruhan
3. Interaksi yang akrab dan harmonis antara pimpinan dengan anggota untuk menggalang persatuan dan kesatuan serta hidup damai bersama-sama.

– Kategori tugas 3
Definisi Perencanaan Menurut George R. Terry Perencanaan adalah kegiatan memilih dan menghubungkan fakta serta membuat dan menggunakan asumsi-asumsi mengenai masa yang akan datang dengan jualan dan merumuskan kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Perencanaan juga mempunyai manfaat, seperti membantu manajemen untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan, Membantu dalam kristalisasi persesuaian dalam masalah-masalah utama, Memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran operasi lebih jelas, Pemilihan berbagai alternatif terbaik, Standar pelaksanaan dan pengawasan, Penyusunan skala prioritas, baik sasaran maupun kegiatan, Menghemat pemanfaatan sumber daya organisasi, Alat memudahkan dalam berkoordinasi dengan pihak terkait, Membuat tujuan lebih khusus, terperinci dan lebih mudah dipahami, Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti, dan Menghemat waktu, usaha dan dana.
Berikut jenis- jenis perencanaan dalam organisasi :
Menurut Marwan Asri dan John Suprihanto (1986:33) bahwa perencanaan dapat dipecah menjadi beberapa macam:
1) Menurut jangka waktunya
Menurut jangka waktunya, perencanaan dapat dikelonpokkan menjadi:
a. Perencanaan jangka panjang.
b. Perencanaan jangka pendek,
2) Menurut ruang lingkupnya.
Menurut ruang lingkupnya, perencanaan dapat dibagi menjadi 3 macam:
a. Perencanaan fisik.
b. Perencanaan fungsional.
c. Perencanaan menyeluruh.

sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen
http://juansyah.wordpress.com/2011/08/04/apa-itu-manajemen/
http://abadananjar.blogspot.com/2012/04/psikologi-manajemen.html
http://estievid.wordpress.com/tugas-kampusku-2/manajemen-umum/definisi-dan-teori-kepemimpinan/
indryawati.staff.gunadarma.ac.id
http://choirunnisawijayanti.blogspot.com/2013/10/psikologi-manajemen.html

http://www.kajianpustaka.com/2012/10/pengertian-dan-fungsi-perencanaan.html

Posted in tugas kuliah

Mekanisme Pertahanan dan Penyesuaian Diri

MEKANISME-MEKANISME PERTAHANAN DAN PENYESUAIAN DIRI

 

Tipe-tipe tingkah laku yang dinamakan mekanisme-mekanisme pertahanan pada mulanya dikenal sebagai mekanisme pertahanan ego yang dikemukakan oleh Freud dan para pengikutnya. Kemudian cara yang sama untuk bertindak digambarkan sebagai teknik-teknik dasar penyesuaian diri. Mekanisme ini dapat diistilahkan dengan pelindung-pelindung konsep diri atau self –concept. Walaupun mekanisme ini diberi sebutan yang berbeda, tetapi umum menerima bahwa mekanisme ini merupakan cara-cara berharga yang digunakan individu untuk mengungkapkan tindakan-tindakannya.. Mekanisme-mekanisme pertahanan telah disajikan sebagai “Games People Play” (Berne, 1964) dan transaksi-transaksi (Harris, 1969; James, 1967;). Orang-orang lain telah menggambarkan tingkah laku tersebut sebagai system interaksi dan komunikasi.

 

Mekanisme-Mekanisme Pertahanan

Ciri Khas Mekanisme-Mekanisme Pertahanan: Untuk memahami mekanisme pertahanan, cara bagaimana digunakan, dan hasilnya, maka akan lebih berguna apabila diperhatikan hal-hal berikut.

  • Mekanisme-mekanisme Pertahanan adalah Tingkah Laku-Tingkah Laku Normal.

Dalam batas tertentu, mekanisme pertahanan ini digunakan oleh setiap orang. Mekanisme ini bukanlah cara bertingkah laku yang hanya digunakan oleh orang yang mengalami gangguan emosional, tetapi juga merupakan tingkah laku normal dari semua orang dalam situasi yang mengancam ego mereka (Goldenson, 1970).  Mekanisme pertahanan merupakan sarana yang digunakan untuk memenuhi kepuasan suau kebutuhan secara tidak langsung sehingga tegangan akan direduksikan dan harga diri dipertahankan. Karena frustasi dialami oleh setiap orang dan karena setiap orang mempertahankan egonya, maka setiap orang juga menggunakan mekanisme-mekanisme pertahanan. Mekanisme pertahanan itu adalah teknik yang yang digunakan individu untuk melinndungi diri terhadap dampak lingkungan yang tidak selalu ramah dan sedikit banyak merupakan penyangga antara pengalaman masa sekarang dan pengalaman masa lampau. Dengan belajar secara rasional, individu memperoleh banyak respons dan ciri kepribadian yang perlu untuk berfungsi secara adekuat dalam lingkungan tempat dia hidup. Inilah proses seseorang memperoleh nilai-nilai, prinsip, cita-cita, dan tujuan yang penting bagi penyesuaian diri yang adekuat dan kestabilan emosi. Besarnya gangguan dan kadar sikap defensif seseorang adalah sebanding dengan kadar keraguan dalam dirinya terhadap perasaaan adekuat dan kemampuan untuk menerima. Semakin besar orang merasa mudah diserang, maka semakin besar juga kemungkinan dia menggunakan sikap defensif

 

 

  • Mekanisme-Mekanisme Pertahanan Sering Tidak Disadari.

Kebanyakam frustasi dan konflik dalam kehidupan sehari-hari dapat dipecahkan pada taraf sadar dan  yang tidak dapat dipecahkan pada taraf itu akan menimbulkan usaha-usaha penyesuaian diri secara tak sadar , yakni mekanisme-mekanisme pertahanan.cara penyesuaian diri secara sadar dapat dapat dilakukan dengan meningkatkan usaha untuk mengatasi rintangan atau mereduksikan atau mengubah tujuan, menilai kembali secra realistik situasi yang menyebabkan frustasi atau konflik. Usaha penyesuaian diri secara tak sadar adalah usaha individu untuk melindungi dirinya terhadap ancaman bagi integritas ego dan juga untuk meredakan tegangan dan kecemasan sebagai akibat dari frustasi dan konflik yang tak terpecahkan. Semua orang menggunakan tindakan-tindakan mengelabui diri sendiri, dengan demikina berusaha mempertahankan harga diri mereka sehingga memperlunak pengaruh dari kegagalan, kekurangan atau perasaan bersalah.

 

 

  • Mekanisme-Mekanisme Pertahanan Itu Tidak Bersifat Instingtif.

Sama seperti tingkah laku lain lain pada manusia, mekanisme pertahanan dipelajari dan dikorporasikan menjadi pola bertingkah laku sebab tekanan dan tegangan akan berkurang jika menggunakannya. Mekanisme-mekanisme ini menyenagkan bagi orang yang menggunakannya dan jika tidak demikian mekanisme tersebut tidak akan digunakan lagi. Kita mengetahui bahwa suatu tingkah laku akan diulang lagi bila tingkah laku tersebut telah menguntungkan bagi orang yang bertingkah laku itu dan jika penggunaannya telah memenuhi kebutuhan-kebutuhan psikologis.

 

  • Mekanisme-Mekanisme Pertahanan Mendistorsikan Persepsi,.

Mekanimse ini akan mendistorsikan atau mangaburkan persepsi individu terhadap realitas. Dengan demikian informasi yang diproses individu mengenai lingkungan sosial dan materialnya adalah keliru karena pemecahannya terhadap masalah lebih cocok dengan apa yang dipersepsikannya mengenai situasi itu dan bukan menurut apa yang sesungguhnya situasi tetap tidak efektif (Mehrabian, 1972).

 

 

  • Mekanisme-Mekanisme Pertahanan Cenderung Mengekalkan Diri.

Mekanisem-mekanisem pertahanan seperti tingkah laku lainnya cenderung memperkuat diri, sirkuler, dan kumulatif (Monge, 1973). Misalnya, orang menarik diri dari hubungan pribadi dengan orang lain karena dia ragu-ragu apakah dia akan diterima oleh orang lain. Akibatnya dia gagal memperoleh pengalaman dan keterampilan dalam berhubungna dngan orang lain. Individu-individu yang menggunakan tingkah laku defensif bisa disamakan dengan tim olahraga atau kesatuan militer yang harus melindungi suatu posisi, tidak menang atau tidak maju karena tidak mau menyerang. Kebutuhan untuk melindungi atau mempertahankan  status akan megesampingkan kemungkinan ini. Orang yang merasa sangat terancam akan menggunakan mekanisme pertahanan dengan mengesampingkan semua tingkah laku yang yang lebih realistik dan membatasi kesempatan untuk mengembangkan cara bertingkah laku yang lebih efektif.

 

 

Rasionale untuk Mekanisme-Mekanisme Pertahanan.

     Dalam beberapa cara kita cenderung menyangkal atau menolak maksud kita untuk memanipulasi aspek-aspek psikologis atau menusiawi lingkungan kita. Kita dicegah untuk mengakui atau menerima tingkah laku kita karena kita telah diajarkan bahwa tidak baik kalau mementingkan diri kita sendiri. Kita diharpkan bisa menyangkal diri kita sendiri dan mebiarkan orang lain pergi yang pertama, memilih yang pertama, dan menjadi yang pertama. Tetapi dilain pihak orang harus menjadi penting untuk dirinya sendiri supaya tetap baik secara fisik maupun secara psikologis. Keyakinan individu bahwa dia adalah orang yanag baik, dapat dipercaya, dan perasaan kesejahteraannya  meurpakan frame of reference  untuk memandang dunia. Dengan demikian,terdapat pertentagan antara apa yang ditetapkan oleh adat istiadat masyarakat dan bagaimana individu harus benra-benar bertingkah laku. Individu bertingkah laku bertujuan untuk meningkatkan diri. Hasilnya ialah individu tidak mempertimbangkan kepentingan orang lain dengan baik atau juga tidak mencapai kebutuhan interpersonalnya sendiri dengan efektif. Interaksi manusia yang sehat tidak mengurangi pengaruh orang lain. Interaksi  itu pada dasarnya saling menghasilkan pertumbuhan yang memuaskan. Individu tetap tergantung pada orang lain untuk perasaan-perasaan dan pengetahuan tentang dirinya sendiri. Individu membenarkan diri, tingkah laku, dan sikap terhadap situasi di sekitarnya berdasarkan umpan balik yang diperoleh individu dari orang lain. Inilah proses yang disebut Freud, “penguji terhadaap kenyataan” (reality testing) . suatu prinsip yang penting disini adalah tingkah laku yang didasari dapat dikontrol dan diperbaiki. Sejauh orang tidak menyadari apa yang dilakukan dan tidak dapat mengamati akibat-akibatnya, maka dia tidak dapat melihat alasan dan petunjuk untuk berubah dan tumbuh secara psikologis. Ini adalah salah satu fungsi yang penting dari konseling dan psikoterapi.

Ada perbedaan dan persamaan  pendapat di kalangan orang-orang yang mempelajari tingkah laku manusia mengenai apa sebabnya mekanisme-mekasnisme tersebut digunakan. Ada yang berpendapat bahwa mekanisme pertahanan itu adalah cara-cara untuk melarikan diri dan mengelak dari atau tidak mengindahkan frustasi dan ancaman (Locke,1975). Selain itu orang lain berpendapat bahwa mekanisme pertahanan itu adalah sarana untuk melindungi dan meningkatkan diri (Coleman, 1976). Dan orang lain berpendapat bahwa mekanisme pertahanan adalah usaha-usaha khusus untuk menanggulangi stres psikologis yang disebabkan oleh konflik di antara tuntutan yang penting. Dan pandangan psikoanalisis mengemukakan bahwa pertahanan ego adalah usaha untuk mempertahankan ego dari kecemasan yang dialami

secara sadar (Wilson,1969).

 

Kecemasan adalah Pervasive dalam Mekanisme-Mekanisme Pertahanan

Kesulitan dalam menggambarkan kcemasan telah menimbulkan banyak definisi.karena

orangakan menjadi bingung oleh banyaaknya definisi yang dikemukakan, maka disini hanya diutarakan tiga definisi mengenai kecemasan, yaitu:

(1) Suatu perasaan yang berlebihan terhadap ketakutan, kekhawatiran, dan bencana yang akan datang (Goldenson, 1970:90).

(2) Kesadaran akan tegangan yang tidak menyenangkan (Menniger, 1963:128);

(3) Kekhawatiran yang disebabkan oleh suatu ancaman terhadap nilai  yang dianggap individu sangat penting terhadap eksistensinya sebagai suatu diri (May, 1967:72).

Levitt (1967) Mengemukakan beberapa perbedaan dan gambaran mengenai kedua kondisi tersebut, yakni (1) Kecemasan berbeda dengan ketakutan, terjadi bila tidak ada objek khusus yang ditakuti itu dapat diidentifikasi. Orang yang cemas akan takut bahwa sesuatu yang mengerikan akan terjadi, tetapi mereka sendiri tidak mengetahui apa yang ditakuti itu.

(2)Ketakutan adalah suatu reaksi yang sebanding dengan bahaya yang objektif yang dipersepsikan. Sebaliknya kecemasan adalah suatu reaksi yang tidak sebanding dengan situasi aktual  serta bersifat subjektif dan imajinatif.

(3). Kecemasan mungkin lebih merupakan malapetaka karena cara-cara untuk melarikan diri atau untuk menangani masalah itu tidak ada.

(4). Reaksi-reaksi fisiologis tubuh sama dengan tidak memperhatikan apakah orang itu mengalami ketakutan atau kecemasan.

(5) Ketakutan bersifat sementara dan dapat ditangani dengan lebih mudah, sedangkan kecemasan kurang akut, tetapi akan tetap bertahan dalam jangka waktu yang lama.

Tegangan yang disebabkan oleh kecemasan sangat tidak menyenangkan sehingga orang akan melakukan sesuatu untuk menghindarinya. Bila dia takut ia akan mereduksikan tegangan dengan cara menarik diri dari, menyerang, bergabung dengan, atau menyerah kepada hal yang menakutkan itu. Kecemasan adalah difus (diffuse) dan berisfat umum , bukan merupakan reaksi terhadap suatu hal khusus. Karena itu jauh lebih sulit menangani tegangan yang disebabkan  oleh kecemasan dengan mengambil tindakan.

Apabila orang tidak dapat mempersepsikan apa yang menjadi tindakan konstruktif, maka mekanisme pertahana digunakan sebagai sarana pengganti yang tidak adekuat.. dengan kata lain mekanisme-mekansime tidak menghilangkan faktor yang menyebabkan tegangan , melainkan berusaha menghindari penelitian secara sadar kondisi tersebut dan dengan demikian ikut mempertahankan kecemasan.

 

Mekanisme-Mekanisme Pertahanan Bukan Simton-Simton Penyakit Mental.

Kecenderungan umum yang menganggap mekanisme-mekanisem pertahanan sebagai permulaan penyakit mental menyebabkan banyak orang menolak dengan keras untuk menggunakan istilah teknis mekanisme pertahanan. Penolakan tersebut bertolak dari pandangan bahwa individu yang adekuat, kompeten, yang dipuji oleh masyarakat atau kebudayaan kita, dan yang kita cita-citakan tidak memiliki kelemahan-kelemahan tersebut. Pada dasaranya orang harus mampu menyukai dirinya itu apa dan menerima apa yang dilakukannya bila dia menggunakan mekanisme-mekanisme pertahanan dan melakukan penipuan terhadap diri sendiri.

Teknik-teknik mekanisme pertahanan dalam uraian yang berikut dibagi atas dua kelompok, yakni penarikan diri dan kapitulasi. Teknik-teknik penarikan diri adalah teknik yang digunakan pertama-tama untuk melarikan diri atau menarik diri dari situasi yang mengancam. Sedangkan teknik kapitulasi adalah teknik yang memungkinkan seseorang menyerah dan tinggal dalam situasi yang merendahkan diri sendiri tanpa kehilangan harga diri.

 

Sistem-Sistem Kombinasi

Perlu dikemukakan juga bahwa tidak ada satupun dari mekanisme pertahanan itu berfungsi terlepas dari yang lainnya. Misalnya, orang tidak dapat memproyeksikan kesalahan pada orang lain tanpa merasionalisasikan tingkah lakunya. Orang tidak dapat memindahkan perasaan bermusuhan dan tetap melihat dirinya dapat diterima tanpa memebenarkan tindakan-tindakannya. Dia mungkin tidak dapat mengintroyeksikan nilai-nilai dari orang lain atau kelompok yang lebih kuat tanpa suatu perasaan identifikasi.

 

 

TEKNIK-TEKNIK PENARIKAN DIRI

 

          Cara untuk melakukan penyesuaian diri sosial adalah meninggalkan, melarikan diri, menjauhi apa saja yang menimbulkan tekanan atau tegangan. Ini dapat dilakukna entah dengan cara meninggalkan secara fisik atau meninggalakan secara psikologis.

            Tetapi menarik diri hanya menghindari diri dari masalah yang dihadapi. Apa yang dilakukan itu tidak mengontrol masalah itu atau tidak berusaha melakukan perubahan-perubahan. Apa yang dilakukan ini adalah reaktif dan tidak proaktif serta tidak memajukan sikap-sikap positif dan penasaran-penasaran adekuat tetang diri sendiri.

            Dalam hal ini orang menarik diri untuk menyusun kembali kekuatan-kekuatan atau untuk memikirkan cara-cara yang efektif untuk menyesuaikan diri. hanya bila seseorang menggunakannya dengan mengesampingkan cara-cara lain – bila tidak memikirkan pilihan-pilihan lain dan menarik diri sudah menjadi kebiasaan – maka hal itu menjadi masalah yang perlu diperhatikan.

            Diantara mekanisme-mekanisme yang dapat dikategorikan sebagai teknik-teknik penarika diri adalah represi, supresi, isolasi (disasosiasi), penolakan (negativisme), menarik perhatian, regresi, fiksasi, insulasi, fantasi, disosiasi, dan konversi.

 

Represi

 

            Represi adalah suatu proses tak sadar dimana pikiran-pikiran yang memalukan, kenangan-kenangan yang mengakibatkan perasaan bersalah, pengalaman-pengalaman yang menyakitkan, atau perkerjaan-pekerjaaan yang tidak menyenangkan disingkirkan dari kesadaran ke dalam ketaksadaran.

            Konsep Freud tentang ketaksadaran ada hubungannya dengan proses represi. Menurut teori psikoanalisis Freud, dorongan-dorongan dan perasaan biologis yang bersifat kebinatangan dari id tidak dapat diterima atau dilarang oleh superego. Untuk mereduksi konflik (polaritas) atara dua komponen kepribadian ini, ego merepresikan ke dalam ketaksadaran apa yang bermusuhan atau yang berlawanan dengan superego.

             Perasaan bersalah dan kecemasan lebih banyak disebabkan oleh keragu-raguan diri dan perasaan-perasaan tidak adekuat. Konsep tentang “orang yang baik” harus memasukan juga konsep “orang yang mampu menyesuaikan diri dengan baik dan bahagia” sehingga orang akan menjadi kalut dan merasa tidak terpenuhi serta merasa bersalah bila dia tidak mampu menyesuaikan diri dengan baik dan tidak bahagia. Menurut beberapa pengarang (Malcolm, 1971; Ruitenbeck, 1964), kita sudah biasa menjadi cemas yang diakibatkan oleh rasa cemas dan tidak bahagia sebab kita tidak begitu bahagia sebagaimana kita berpikir bahwa kita seharusnya bahagia, dan tidak mampu menyesuaikan diri karena harapan-harapan kita untuk kesenangan dan penyesuaian diri tidak terpenuhi. Seperti telah dikemukakan (Maslow, 1970), bila kebutuhan-kebutuhan fisiologis dan kebutuhan-kebutuhan akan rasa aman dipenuhi, maka individu termotivasi oleh kebutuhan-kebutuhan akan cinta, memilik, penghargaan, dan aktualisasi-diri.

 

Supresi

 

            Supresi adalah kontrol yang dilakukan secara sadar dan sengaja terhadap pikiran-pikiran atau implus-implus yang dapat diterima atau tidak diinginkan. Mekanisme ini digunakan dengan tujuan yang sama dengan represi, tetapi melibatkan hasrat sadar dari individu.

            Baik represi maupun supresi mengandung nilai-nilai penyesuaian diri untuk meredakan tegangan-tengangan hidup. Keduanya memungkinkan individu menyingkirkan persepsi yang membingungkan atau menggelisahkan sehingga dia tidak selalu dikacaukan oleh rentetan gangguan emosi. Represi dan supresi mencegah menumpuknya kesedihan dan kecemasan yang menyebabkan kita menjadi sangat tegang. Tetapi mekanisme-mekanisme ini hendaknya jangan digunakan terlalu sering karena dapat mengakibatkan disorganisasi tingkah laku. Berbagai simtom, seperti tics, kecemasan yang kronis mungkin merupakan saluran dari hal-hal yang ditekan itu.

 

Isolasi (Disasosiasi)

 

            Teknik ini memutuskan individu dari situasi yang menimbulkan stress. Dia memisahkan sikap-sikap yang kalau disatukan akan menimbulkan konflik atau kecemasan. Isolasi mungkin berupa:

  1. Berpindah secara fisik dari daerah-daerah yang tidak disenangi atau tidak meneruskan suatu kegiatan karena orang merasa terancam.
  2. Memisahkan salah satu ide atau keyakinan yang kuat dari nilai lain yang sudah berurat berakar, tetapi berlawanan

Misalnya, seorang pengusaha mungkin menyanjung-nyanjung cinta persaudaraan dan martabat manusia. Dia memisahkan kebajikan ini dari pemerasan tanpa belas kasihan terhadap karyawan-karyawannya.

            Isolasi – seperti semua mekanisme penyesuaian diri yang lain, kecuali represi – adalah suatu respons yang baik bahkan sangat perlu. Ini baru menjadi gejala ketidakmampuan menyesuaikan diri kalu digunakan secara berlebihan. Bahkan juga dalam beberapa hal, kadang-kadang tingkah laku ini memungkinkan seseorang mempertahankan kesehatan mentalnya yang relatif baik.

            Individu yang melakukan isolasi secara berlebihan pada masa kanak-kanak dan pada masa remaja sedikit  demi sedikit mebatasi kemampuannya dalam menangani lingkungan personal dan impersonalnya.

            Pengunaan isolasi secara berlebih-lebihan merupakan tanda bahaya dan mungkin akan menimbulkan kekalutan yang berat terlebih jika ditambah dengan lamunan yang terlalu banyak. Dua mekanisme penyesuaian diri ini merupakan ciri-ciri khas dari beberapa bentuk skizofrenia. Tetapi tidak boleh disimpulkan bahwa setiap orang yang mengisolasikan diri adalah orang yang psikotik.

            Alasan pokok bagi pelarian diri ke isolasi ialah mekanisme ini akan melepaskan diri dari tegangan walaupun hanya sementara saja. Demikian juga halnya dengan mekanisme-mekansime penyesuaian diri yang laib. Penyebab-penyebab tegangan berbeda-beda menurut individu dan lingkungannya.

 

Penolakan (Negativisme)

 

Penolakan (negativisme) adalah penarikan diri yang agresif. Teknik penolakan ini adalah mekanisme penghindaran diri yang diperlihatkan dengan melakukan perlawanan aktif atau pasif terhadap tuntutan-tuntutan dari luar yang dikenakan pada individu. Dikatakan aktif kalau orang melakukan sesuatu yang bertentangan dengan apa yang mesti dilakukannya; dikatakan pasif kalau dia menghindari perbuatan yang diharapakan supaya dia melakukannya dan ini dilakukan dengan beberapa cara:

  1. Individu mungkin mengemukakan segala macam alasan mengapa suatu tindakan yang diajukan tidak akan berjalan. Dia mengembangkan keraguan sebanyak-banyaknya mengenai pengetahuan untuk bergerak ke suatu tujuan tertentu.
  2. Individu mungkin mengembangkan suatu penyakit yang menghalanginya memasuki suatu situasi yang menimbulkan stress.
  3. Individu mungkin melarikan diri dari kenyataan dengan kemukakaan bahwa suatu kegiatan lain (misalnya pekerjaan dikantor) sangat banyak menguras perhatian dan energinya sehingga dia tidak memiliki waktu dan energi untuk kegiatan yang menimbulkan kecemasan.
  4. Individu mungkin hanya bertindak sedemikian rupa  seolah-olah kejadian yang memerlukan tindakan tidak akan terjadi.

Teknik penolakan ini berbeda dari represi yang berfunsi mencegah pikiran-pikiran yang menyakitkan masuk ke dalam kesadaran. Teknik penolakan ini juga berbeda dari fantasi yang mengganti kekerasan kenyataan dengan pikiran imajinatif  yang menyenangkan. Inidividu yang menggunaka penolakan sebagai sarana mereduksikan tekanan dan kecemasan melakukannya dengan mengembangkan reaksi-reaksi yang membuatnya tidak mungkin berpartisipasi.

Sesungguhnya perkembangan normal seseorang dalam masyarakat ditandai oleh dua tahap kehidupan dimana negativisme mecapai puncaknya, yakni:

  1. Negativisme akan menjadi lebih besar pada usia 2-6 tahun dibandingkan sebelum dan sesudah tahun-tahun ini (Hurlock, 1964).
  2. Negativisme juga akan menjadi lebih besar pada masa remaja, suatu masa dimana individu membangun identitas yang independen dan otonom (Erikson, 1968).

Menerima diri sendiri adalah sangat penting bagi seorang individu untuk berfungsi secara efektif (Protinsky, 1975). Dengan demikian, menerima devaluasi diri mungkin begitu hebat dan tak tertahankan sehingga individu kelihatanya sama sekali tidak dapat bertindak. Lebih baik individu didorong untuk mengembangkan dan membuktikan apa yang dapat dilakukannya. Meskipun dia tidak berhasil pada saat melakukan negativisme, namun dia telah memepertahankan apa yang dapat dan tidak dapat dilakukan untuk dirinya sendiri. Apabila negativisme itu dikontrol dan secara selektif dan periodik digunakan, maka ada kemungkinan dalam diri individu ada suatu semangat keberanian untuk mempertahankan identitas dan independensinya. Tetapiu bila seseorang melakukan negativisme secara berlebihan, maka ada kemungkinan individu tersebut mengalami suatu cacat.

 

Menarik Perhatian

 

            Menarik perhatian adalah tingkah laku yang dipakai seseorang sebagai cara untuk membuat orang-orang lain melihat atau memperhatikannya. Kadang-kadang individu mencari pernyataan setuju, tetapi dia juga dapat menerima pernyataan tidak setuju (celaan). Apa yang terutama dicarinya iyalah menjadi pusat perhatian sekurang-kurangnya hanya sebetar saja sehingga dia merasa dirinya berarti dan penting.

            Mekanisme penyesuaian diri ini digunakan pada usia lebih dini daripada mekanisme-mekanisme lainnya. Bayi menangis sebagai cara memberitahukan kepada orang-orang lain supaya melakukan sesuatu baginya. Inilah satu-satunya cara dipakainya untuk berkomunikasi dengan orang-orang dewasa. Dia melakukannya berkali-kali agar mendapat respons yang memberinya hadiah.

            Penyesuaian diri dengan cara menarik perhatian sedikit banyak dilakukan sepanjang hidup orang dewasa. Sering kali ini adalah normal, tetapi kadang-kadang juga cukup ekstrem dan disebut eksentrik dan bisa juga sampai tidak normal. Sebuah contoh kejadian yang ekstrem adalah seorang anak laki-laki yang naik ke puncak gendung atau pohon yang tinggi dan mengatakan kepada orang-orang yang ada di bawah bahwa dia akan meloncat ke bawah untuk bunuh diri. Mungkin memang maksudnya demikian atau mungkin juga dalam keputusannya karena beratnya frustasi dan konflik yang dialaminya ingin berusaha menarik perhatian.

            Mekanisme menarik perhatian pada orang dewasa merupakan fiksasi tingkah laku pada tingkat kekanak-kanak yang narcisistis. Faktor-faktor seperti ketidak amanan, yang berpangkal pada perasaan inferior, kasih sayang orang tua yang berlebihan, penilaian prestasi yang terlalu tinggi, atau keberhasilan tanpa usaha dapat menyebabkan mekanisme seperti itu.

 

Regresi

 

Regresi adalah proses melepaskan kecemasan atau ancaman dengan kembali pada pikiran, perasaan, atau tingkah laku yang ternyata tidak berhasil pada masa kehidupan yang lebih dini. Dengan menggunakan mekanisme ini, individu tampaknya mau menunjukan dirinya kembali sebagai seorang yang lebih muda. Anak yang merasa tidak aman berusaha untuk menemukan rasa aman dengan memandang gurunya sebagai penganti ibunya.

 

Fiksasi

 

            Pertumbuhan psikis seseorang biasanya berlangsung secara bersinambungan dalam berbagai tahap perkembangan. Tetapi proses dari orang yang sedang  tumbuh secara psikologis tidak berjalan tanpa saat-saat yang menimbulkan stres dan kecemasan. Kalu dianggap bahwaa mengambil langkah yang berikutnya akan menimbulkan kecemasan, maka ego mungkin menggunakan strategi untuk tetap tinggal pada saat sekarang yang dirasa sebagai tahap psikologis yang lebih menyenangkan. Pertahan tersebut dinamakan fiksasi.

            Secara teknis, fiksasi adalah libido yang tetap melekat pada tahap perkembangan yang lebih awal dan lebih primitif (Freud, 1917/1963). Sama seperti mekanisme-mekanisme lainnya, fiksasi umumnya digunakan oleh semua orang. Orang yang terus-menerus memperoleh kenikmatan dari memakan, merokok, atau berbicara mungkin mengalami fiksasi oral, sedangkan orang yang terobsesi dengan kerapian (kebersihan) atau keteraturan mungkin mengalami fiksasi anal.

 

Insulasi ( Insulation)

 

            Kadang-kadang teknik ini disebut pengumpulan emosi dan juga merupakan teknik penarikan diri. ini adalah cara melindungi diri terhadap rasa sakit dan kekecewaan dengan cara tidak memberik banyak perhatian kepada diri sendiri. Orang berpendapat bahwa kalau tetap bersikap dingin, menjauhkan diri, dan tidak terlibat dianggap tidak berbahaya dan tidak akan mengalami rasa sakit dibandingkan kalau bersikap hangat dan ramah. Sikap dingin merupakan refleksi dari pandangan bahwa kita tidak boleh membiarkan diri kita untuk merasakan terlalu kuat tentang segala hal. Contoh insulasi, seorang ayah dapat memberi uang pada anak-anaknya, tetapi dia tidak dapat mengungkapkan cintanya kepada mereka secara verbal atau membiarkan dirinya untuk memngungkapkan berapa banyak perhatian yang diberikannya kepada mereka.

 

Fantasi

 

            Mekanisme pertahanan lain yang dimasukkan dalam kelompok teknik penarikan diri adalah fantasi. Fantasi adalah mekanisme mental yang dipakai seseorang untuk menggantikan kepuasan-kepuasan yang nyata dengan kepuasan-kepuasan khayalan. Kegagalan-kegalan dan frustrasi-frustrasi dalam kehidupan sehari-hari kadang-kadang sulit ditahan, dan orang berusaha melarikan diri kedalam dunia khayalan yang diciptakannya sendiri. Fantasi tidak merepresikan atau menolak hal-hal yang mengganggu kesadaran, melainkan menggunakan pikiran-pikiran khayal yang lebih menyenangkan. Apabila situasi dimana individu merasa rendah diri, maka dia melarikan diri secara psikologis dengan cara berkhayal dan melamun. Dengan berfantasi, orang tersebut dibawa ke tempat dimana dia dihargai dan berpengaruh. Dengan demikian, fantasi meningkatkan perasaan-perasaan positif tentang diri.

            Fantasi ada hubungannya dengan khayalan, dan khayalan dihargai sebagai suatu sifat kepribadian yang kreatif. Banyak orang berpendapat bahwa masa depan dunia kita tergantung pada perencaan yang dikhayalkan, dan organisasi-organisasi telah dibentuk untuk mendorong khyalan yang praktis (Weber, 1973). Telah ditemukan juga bahwa orang-orang yang aktif dan atletik-atletik cenderung memiliki (di samping sifat-sifat lain) khayalan-khayalan produktif. Dengan demikian sebagai suatu faktor praktis dalam penyesuaian diri, fantasi harus digunakan. Untuk menghindari bahaya melarikan diri ke dalam fantasi, langkah-langkah praktis harus diambil supaya tujuan yang di fantasikan diwujudkan  dalam kenyataan.

            Tetapi, fantasi menjadi berbahaya dan kadang-kadang menjadi mekanisme yang melumpuhkan jika terus-menerus disukai daripada kenyataan dan digemari sebagai cara untuk memecahkan masalah. Dalam bentuk-bentuk yang ekstrem, sebagai suatu yang khas pada penyesuaian diri psikotik, orang tersebut tidak dapat membedakan antara kenyataan dalam khayalan.

            Melamun sebagai salah satu bentuk dari fantasi digunakan seseorang untuk melarikan diri dari kesulitan-kesuliatannya. Tetapi, melamun bukan satu-satunya cara untuk melarikan diri dari kenyataan karna orang juga dapat menggunakan cara lain dengan tidur. Tidur membantunya menghindari kenyataan dengan menghapuskan dunia. Apabila tidak ada kebutuhan fisiologis lagi, tidur terus-menerus merupakan mekanisme penghindaran. Jika dilakukan secara ekstrem mungkin akan mengakibatkan stupor (keadaan setengah sadar seperti keadaan terbius) psikosis.

             Melamun adalah pengendoran mental dan emosi, dan ini sangat menenangkan serta menyenangkan. Seseorang mungkin berpaling pada kegiatan melamun untuk memuaskan kebutuhan yang tidak dapat dipuaskan dalam kehidupan nyata. Jika, misalnya, dia menginginkan popularitas tetapi dia tidak begitu tidak disukai oleh teman-teman sebayanya, mungkin dia membayangkan dirinya dalam lamunan-lamunannya sebagai seorang yang dikagumi serta dikerumuni dan dieluh-eluhkan oleh orang banyak, dengan demikian dia merasa puas sekali meskipun hanya sebentar saja.

 

Disosiasi

 

Disosiasi merupakan mekanisme dimana sekelompok proses mental dipisahkan atau disendirikan dari kesadaran dan berjalan secara bebas atau otomatis. Hasil akhirnya mungkin muatan atau isi mental  tertentu dari kepribadian terbelah, atau hilangnya hubungan antara pikiran dan efek, misalnya amnesia, kepribadian ganda, somnambulisme. Gambaran yang jelas dan dramatis dari disosiasi terlihat dalam kasus yang dikemukakan oleh Thigpen dan Cleckley dalam “The Three Faces of Eve.” (Coville, Costello & Rouke, 1971).

 

Konversi (Histeria Motorik)

 

            Konversi (histeria motorik) adalah teknik mengembangkan simtom-simtom fisik real yang memungkinkan seseorang menarik diri dari sesuatu yang sulit. Konflik mental berubah menjadi simtom fisik. Konversi berbeda dengan berpura-pura sakit, seperti orang yang berpura-pura menderita suatu penyakit, tetapi orang yang menderita konversi benaar-benar merasa sakit meskipun tidak ada dasar organik pada perasaannya itu.

            Konversi dapat dilukiskan dengan kasus seorang pelajar yang penakut dan diminta untuk berbicara di depan kelas. Dia begitu takut sehingga pikran berdiri sendiri di depan kawan-kawannya menyebabkan dia gemetar. Mekanisme konfersi mungkin menyebabkan tenggorakannya menyempit sehingga dia tidak dapat berbisik atau berbicara.

 

 

Teknik-Teknik Kapitulatif

            Kelompok kedua dari mekanisme pertahanan adalah kapitulatif. Kapitulasi (menyerah) adalah cara kedua untuk menyesuaikan diri. Teknik yang sering digunakan dalam teknik kapitulatif adalah kompensasi, sublimasi, identifikasi, intelektualisasi, rasionalisasi, proyeksi, introyeksi, transferensi, reaksi formasi, pemindahan restitusi, memrankan dan simpatisme.

Identifikasi

Erat hubungannya dengan mekanisme intriyeksi, nilai-nilai dari tokoh-tokoh yang berpengaruh atau yang berkuasa adalah mekanisme identifikasi.

 

Inteletualisasi

Teknik ini ada hubungannya dengan dikotomi pikiran dan perasaan. Biasa, intelektualisasi sering digunakan orang yang sangat cerdas.

Rasionalisasi

Rasionalisasi adalah cara menemukan dalih atau alasan yang tidak dapat diterima atau yang dapat merugikan integritas dan status pribadi.

Proyeksi

Proyeksi adalah melemparkan pikiran atau perasaan negatif kepada orang lain. Orang tidak menerima  keslahan tsb lalu menyalahkan orang lain. Proyeksi dilakukan dengan  tiga cara (1) yakni menyebakan sebab yang terjadi dengan kebetulan, tidak relevan dan khayalan (2) melihat kekurangan-kekurangan kepribadian yang dimiliki orang lain dan (3) menyalahkan orang-orang lain atas kesalahan sendiri.

Introyeksi

suatu mekanisme pertahanan dimana individu memasukkan kualitas-kulitas eksternal ke dalam dirinya sendiri

 

Transferensi

Transferensi: suatu mekanisme pertahanan dimana individu mengalihakan perasaan-perasaannya yang negatif atau positif terhadap seseorang kepada orang lain karena ia mengidentifikasikan keduanya

Pembentukan Reaksi

Pembentukan reaksi: suatu mekniasme pertahanan dimana seseorang merepresikan suatu impuls dan menggunakan suatu bentuk tingkah laku yang berlawanan dengan impuls tersebut. Biasanya tingkah laku itu dipamerkan secara berlebihan. Misalnya seorang ibu yang sangat benci kepada anaknya tetapi kebencian itu direpresikan dan sebaliknya ia menunjukkan bahwa ia sangat mencintai anaknya dan hal itu diperlihatkan dengan cara anak itu diantar ke sekolah dan dikawal seorang bodyguard

Pemindahan(diplacement)

Pemindahan (displacement); suatu bentuk mekanisme pertahanan yang memindahkan impuls terhadap objek-objek yang tidak mengancam atau tidak dapat diterima kepada objek-objek yang lebih dapat diterima atau lebih aman

Pertobatan

Restitusi/pertobatan; suatu mekanisme pertahanan dengan mana individu melakukan suatu upacara (ritual) yang bertujuan untuk menghilangkan akibat dari apa yang dilakukan sebelumnya

Memerankan

Memerankan (acting out): suatu mekanisme pertahanan dengan mana individu tidak merepresikan atau tidak mengekang impuls-impuls yang dilarang oleh masyarakat tetapi ia menggunakan impuls-impuls tersebut dengan sengaja supaya kecemasannya direduksikan

Simpatisme

Simpatisme: suatu mekanisme pertahanan dengan mana individu mengungkapkan kemalangan yang dideritanya dengan tujuan supaya orang-orang lain mengaguminya atau menghormatinya.

Disusun Oleh:

Arindi Azraningtyas Putri                         11512134

Intan Sylvia Febra Arini                            13512758

Wina Rizka Utami                                      17512726

Posted in psychology, tugas kuliah

Berbagai Hasil Penelitian dan Penelitian Online

– Komputer dan Internet Mengubah Ingatan Manusia

Komputer dan internet mengubah sifat ingatan manusia, demikian kesimpulan penelitian yang dimuat di majalah Science. Penelitian psikologi menunjukkan bahwa jika seseorang diajukan pertanyaan-pertanyaan sulit, mereka akan memikirkan computer.
Ketika mereka mengetahui bahwa berbagai fakta nantinya akan didapat lewat komputer maka ingatan mereka menjadi tidak begitu baik karena mereka mengetahui dapat mengandalkan sumber lain.
Para peneliti mengatakan internet bertindak sebagai “ingatan transaktif”.Penulis laporan Betsy Sparrow dari Universitas Columbia mengatakan ingatan transaktif “adalah ide adanya sumber ingatan luar-tempat penyimpanan di pihak lain”.”Ada ahli-ahli hal tertentu dan kita membiarkan mereka bertanggung jawab atas informasi tersebut,” katanya.
Penulis lain laporan Daniel Wegner, yang pertama kali mengusulkan konsep ingatan transaktif dalam bab sebuah buku berjudul Ketergantungan Kognitif pada Hubungan Dekat, menemukan pasangan yang sudah lama hidup bersama saling membantu saat mengingat sesuatu.
“Saya berpikir internet menjadi sebuah bentuk ingatan transaktif dan saya ingin mengujinya,” kata Dr Sparrow.
Di mana, bukan apa Bagian pertama pengkajian adalah menguji apakah peserta penelitian “langsung” memikirkan komputer dan internet begitu diajukan pertanyaan sulit. Tim menggunakan tes Stroop yang dimodifikasi.
Tes Stroop standar mengukur berapa lama waktu yang diperlukan partisipan untuk membaca sebuah kata warna sementara kata tersebut berbeda warna, misalnya kata “hijau” ditulis dengan warna biru. Waktu reaksi meningkat ketika, bukannya kata warna, para partisipan ditanyakan untuk membaca kata-kata tentang topik yang kemungkinan sudah ada dalam pikiran. Dengan cara ini tim peneliti menunjukkan bahwa, setelah diberikan topik dengan jawaban ya/tidak, waktu reaksi terhadap istilah yang terkait dengan internet sangat lebih lama. Ini adalah sebuah isyarat partisipan tidak mengetahui jawaban, dan mereka sudah mempertimbangkan untuk menjawab dengan menggunakan komputer.
Dalam percobaan lebih mendalam para peserta penelitian diberikan serangkaian fakta. Setengahnya diminta menyimpannya pada sejumlah folder di komputer, setengahnya diberitahu bahwa fakta-fakta tersebut akan dihapus. Ketika diminta untuk mengingat fakta tadi, kelompok yang mengetahui informasi tidak akan didapat lagi menunjukkan kinerja yang sangat lebih baik dibandingkan kelompok yang menyimpan fakta dalam berkas di komputer.
Tetapi kelompok yang mengharapkan informasi tersebut akan didapat nantinya, sangat bagus ingatannya dalam mengingat folder tempat penyimpanan informasi. ”Ini mengisyaratkan bahwa dalam kaitan dengan berbagai hal yang bisa kita dapatkan di internet, kita cenderung menempatkan ingatan online kita cenderung menyimpannya di luar,” kata Dr Sparrow.
Dia mengatakan kecenderungan partisipan untuk mengingat lokasi informasi, bukannya informasi itu sendiri, merupakan isyarat orang semakin tidak bisa mengingat sesuatu, mereka hanya mengatur penempatan informasi dalam jumlah besar agar nantinya mudah didapat.
“Saya tidak menganggap Google membuat kita bodoh, kita hanya mengubah cara mengingat. Jika kita bisa mendapatkannya di internet meskipun sedang berjalan-jalan, maka ketrampilan yang diperlukan, yang perlu diingat adalah ke mana harus mendapatkan informasi. Sama seperti dalam kaitannya dengan orang,ketrampilan yang diperlukan adalah mengingat siapa yang perlu ditemui (untuk mengetahui hal tertentu),” katanya.

Untuk informasi yang lainnya tentang hasil penelitian dan penelitian online, kalian bisa loh liat juga disini , disini dan juga disini . thanks guys :))

 

sumber :
http://rinrinrini.wordpress.com/2013/12/28/penelitian-psikologi-dan-internet-13/
http://dersons.blogspot.com/

Posted in psychology, tugas kuliah

Etika dalam Penelitian Internet

nah, bukan hanya dalam sekolah ajaloh yang ada etikanya, di dunia internet juga ada. kali ini, aku mau ngebahas tentang etika dalam penelitian internet. cekidooot~~~

etika yang paling populer digunakan adalah etika keluaran Florida University Amerika (FAU) dan seorang netters Verginia Shea. Pada versi FAU beberpa etika yang dikemukakan adalah sebagai berikut :

Internet tidak digunakan sebagai sarana kejahatan bagi orang lain, artinya pemanfaatan internet semestinya tidak untuk merugikan orang lain baik secara materiil maupun moril.
Internet tidak digunakan sebagai sarana mengganggu kinerja orang lain yang bekerja menggunakan komputer. Contoh riil adalah penyebaran virus melalui internet
Internet tidak digunakan sebagai sarana menyerobot atau mencuri file orang lain
Internet tidak digunakan untuk mencuri, contoh pengacakan kartu kredit dan pembobolan kartu kredit.
Internet tidak digunakan sebagai sarana kesaksian palsu
Internet tidak digunakan untuk mengcopy software tannpa adanya pembayaran
Internet tidak digunakan sebagai sarana mengambil sumber – sumber penting tanpa adanya ijin atau mengikuti aturan yang berlaku.
Internet tidak digunakan untuk mengakui hak intelektual orang lain
Bertanggung jawab terhadap isis pesan yang disampaikan Menggunakan internet untuk keperluan berarti serta saling menghormati antar pengguna internet (www.fau.edu/netiquette). 10 etika ini disebut sebagai “the ten commandements for computer ethics” atau sepuluh perintah etika menggunakan komputer. Versi lain yang juga menjadi rujukan etika komunikasi virtual adalah netiket yang disampaikan oleh Virgina Shea. Isi etika tersebut terdiri dari 10 pedoman pula yaitu :
Lawan bicara dalam internet adalah manusia, sehingga penempatan diri secara empati perlu dilakukan dalam komunikasi virtual.
Gunakan standard perilaku yang sama dalam kehidupan dan komunikasi alam nyata
Mampu menempatakan diri dalam dunia maya dengan cara mengenali dahulu anggota komunitas yang online pada jalur tersebut
Menghormati secara sesama user juga penggunaan bandwith yang tersedia
Berkepribadian yang enak dan harmonis dalam penyusunan kata pesan yang dipampangkan agar lebih memudahkan dalam pemaknaan pesan
Membagi semua pengalaman yang ada
Mengatasi emosi yang terjadi dalam komunikasi virtual.

untuk informasi tentang etika dalam penelitian internet, lihat juga nih tulisan temen aku Sindy , Tahta dan Tony 🙂 makasih~

sumber :
http://iqbalaul.wordpress.com/2013/09/27/pti-syarat-dan-etika-dalam-publikasi-online/

Posted in psychology, tugas kuliah

Publikasi Online

Pengertian publikasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Poerwadarminta, 1976), adalah penyiaran. Menurut Kamus Islilah Periklanan Indonesia, publikasi adalah setiap materi yang dicetak, diterhitkan, serta diedarkan untuk disampaikan pada khalayak umum dalam format apapun seperti majalah, surat kabar (Nuradi, 1 996:136). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa publikasi merupakan suatu kegiatan komunikasi berupa menyiarkan, menerbitkan mengedarkan dan menyampaikan suatu materi, seperti objek, ide, gagasan dan informasi yang disampaikan pada khalayak umum atau masyarakat dalam bentuk / media apapun. Suatu kegiatan publikasi bertujuan sebatas menginformasikan dan memberitahukan suatu materi pada khalayak umum. Kegiatan publikasi memerlukan media penyampaian dan penerima pesan. Sedangkan, pengertian online yaitu keadaan dimana komputer terhubung dengan internet baik melalui modem, wi fi atau lan dan baik sedang digunakan atau tidak oleh pengguna komputer tersebut. Jadi, pengertian publikasi online adalah suatu informasi atau pesan atau pengumuman dalam bentuk online yang diterbitkan dalam dunia internet melalui media elektronik.

Publikasi online sangat bermanfaat bagi setiap orang apalagi di jaman yang serba canggih seperti sekarang ini. Banyak hal diumumkan melalui internet seperti berjualan, memberi info produk baru atau produk bekas yang masih ingin dijual. Bagi perusahaan yang memasarkan barangnya melalui publikasi online, tentu sangat mengirit biaya. Perusahaan hanya perlu menyiapkan design semenarik mungkin agar banyak orang yang tertarik untuk mencari tau keunggulan atau kelemahan dari produk tersebut. Publikasi online ini sangat berguna untuk memberi informasi kepada masyakarat yang ingin membeli produk, bahkan bisa dipesan secara online.
Dalam dunia elektronik pun khususnya media internet kita memiliki hak dan tanggung jawab atas apa yang telah kita publikasikan. Semua diatur dalam Pasal ITE. Berdasarkan Pasal 5 ayat (1) no. 11 tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik (Undang-undang ITE ) yang menyatakan bahwa informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik dan/atau hasil cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah.

untuk informasi tentang hal yang serupa, bisa dilihat di satu , dua dan tiga  🙂

sumber :
http://id.shvoong.com/social-sciences/counseling/2205694-pengertian-publikasi/
http://segita-19.blogspot.com/2012/11/final-softskill-psikologi-dan-teknologi.html
http://dhiafaldifauzan.wordpress.com/2012/11/18/tugas-softskill-penelitian-psikologi-dan-internet/